Home

Minggu, 05 Februari 2017

Adzan Terakhir Bilal Bin Rabah



               


           
          Semua pasti tahu, bahwa pada zaman nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandangkan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas.
            Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijriah.
            Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengkumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. Memintanya untuk jadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata,
“Biarkan aku jadi mu’adzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan mu’adzin siapa-siapa lagi.”
            Abu bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya,

“Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf, apakah engkau membebaskanku karena dirimu apa karena Allah?”
Abu bakar pun  hanya terdiam.
“Jika engkau membebaskanku karena dirimu, maka aku bersedia jadi mu’adzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka biarkanlah aku dengan keputusanku”
            Dan Abu Bakar  pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengkumandangkan adzan. Kesedihan ditinggal wafat Nabi Saw terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan kesedihannya itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.
            Lama Bilal Ra. Tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi saw hadir dalam mimpi bilal. Dan menegurnya,
Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?
            Bilal pun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi, di perjalananpun tak henti-hentinya dadanya berguncang karena saking rindunya pada Nabi Saw, terus menerus air matanya menetes di setiap saat ia teringat sosok Nabi Saw.

            Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Saw. Dengan suara lirih ia menyapa Rasulullah Saw sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Saw, Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw itu.
            Salah satu dari keduanya berkata pada Bilal ,
“Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami”.
            Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah menjadi khalifah juga sedang melihat pemandangan menngharukan itu, dan beliau juga memohon pada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.
            Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu dia biasa adzan pada masa Nabi Saw masih hidup.
            Mulailah dia mengumandangkan adzan.




           Tatkala lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnnya, mendadak seluruh madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali.
Ketika bilal meneriakkan kata,
           “Asyhadu an laa ilaha illallah”,
Seluruh isi kota Madinah berlarian ke arah itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
Dan saat bilal megumandangkan,
           “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”,
Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukkan.
Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab yang paling keras tangisannya.
            Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu, Madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Bin Rabah.
            Semenjak Nabi Saw wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Sebab kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi.
            Semoga kita dapat merasakan nikmatnya Rindu dan Cinta seperti yang Allah karuniakan kepada sahabat Bilal bin Rabah Ra. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar