Home

Minggu, 05 Februari 2017

Adzan Terakhir Bilal Bin Rabah



               


           
          Semua pasti tahu, bahwa pada zaman nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandangkan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas.
            Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijriah.
            Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengkumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. Memintanya untuk jadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata,
“Biarkan aku jadi mu’adzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan mu’adzin siapa-siapa lagi.”
            Abu bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya,

Minggu, 11 Desember 2016

Detik-Detik Wafatnya Kekasih Allah



           


           Inilah sebuah bukti tentang cinta yang sebenar-benarnya cinta yang dicontohkan Allah Ta’ala melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit mulai menguning tetapi burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara lemah memberikan khutbah terakhirrnya.

            “Wahai umatku ... kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya”

            “Kuwatkanlah  dua perkara pada kalian yakni Al-qur’an dan sunnahku”

            “Barangsiapa mencintai sunnahku, berarti engkau mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama-sama aku ...”

            Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang dan menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar  dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya, Usman menghela nafas panjang, Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

            “Isyarat itu telah datang, sudah tiba saatnya. Rasulullah akan meninggalkan kita semua.”

Sabtu, 22 Oktober 2016

Cukuplah Satu Tamparan Ini Menjawab Tiga Pertanyaanmu




 Seorang santri memutuskan untuk menimba ilmu agama ke luar negeri. Dia bermukim lama sekali di negara tempatnya belajar. Sesudah ia merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, ia kembali pulang pada keluarga dan negaranya.
            Sesampainya di rumah ia bertanya kepada keluarganya adakah di kampung ini ulama yang luas ilmunya, karena ia mempunyai beberapa pertanyaan yang saat ini selalu saja menghantui pikirannya.
            Keluarganya mengatakan, bahwa ada seorang ulama saleh dan memiliki ilmu agama yang mumpuni yang bisa menjawab pertanyaan sang santri. Mendengar jawaban keluarganya ia merasa sangat bahagia. Ia pun bergegas menuju rumah ulama tersebut. Sesampainya di sana ia lalu berdialog dengan ulama itu.
“Assalamu’alaikum,” ucap santri santun.
“Wa’alaikum salam,” jawab sang ulama seraya tersenyum.
            Merasa tidak mengenal tamunya ,ulama itu bertanya kepada santri yang ada di depannya,
“Siapakah nama Anda? Adakah sesuatu yang bisa saya bantu?”
“Nama saya Mahmud. Kalau berkenan, saya juga ingin bertanya kepada Anda, siapakah Anda? Bolehkan saya bertanya mengenai tiga pertanyaan kepada Anda?” Tanya santri.
“Saya hanya hamba Allah biasa. Akan tetapi, Insya Allah saya akan mencoba menjawab pertanyaanmu, Nak. Dengan izin Allah tentunya,” ujar ulama itu merendah.
 “Apa Anda yakin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya? Karena sebelumnya, saya pernah menanyakan masalah ini kepada banyak ulama, namun mereka tidak bisa mejawabnya,” ujar santri itu kembali menjelaskan.
“Saya akan mencobanya semampu saya, Nak. Silakan ajukan apa yang hendak kamu tanyakan?”

Rabu, 05 Oktober 2016

Do'a Ikhwan




Ya Rabbi, Aku berdo’a untuk seorang wanita, yang akan menjadi bagian dari hidupku.

Seorang wanita yang sungguh mencintai-Mu lebih dari segala sesuatu.

Seorang wanita yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.

Seorang wanita yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk-Mu.

Seorang wanita yang mempunyai sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan engkau dan memiliki keinginan untuk meneladani sifat-sifat agung-Mu.

Seorang wanita yang mengetahui bagi siapa dan untuk apa dia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.

Seorang wanita yang memiliki hati yang bijak bukan hanya sekedar otak yang cerdas.

Seorang wanita yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.

Seorang wanita yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasihati ketika aku berbuat salah.

Seorang wanita yang mencintaiku bukan karena ketampananku tetapi karena hatiku.

Seorang wanita yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi.

Minggu, 18 September 2016

Wahai Ukhti ( Renungan )





 Wahai ukhti ???

Ukhti. . .

Jika aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah namun tanpa malu mendekatimu, apa kau tidak merasa takut terjerat padaku?

Jika aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah namun tanpa malu dengan genit menggodamu, apa kau tidak merasa risih pada kegenitanku?